Terimakasih, 2017!
Sudah begitu jauh perjalanan ini ku tempuh. Syukurku semakin berlimpah sebab setiap tahun menapaki tangga yang berbeda. Menjadi begitu paham setelah melewati badai besar menghempas keyakinan, meningkatkan kekhawatiran. Dan memaknai badai-badai kencang itu sebagai pelajaran. Badai yang kian kencang semakin dilawan. Dan akhirnya membawaku pada jawaban-jawaban atas segala kebingungan yang pernah kuarahkan pada beberapa orang. Kebijaksanaan, kecerdasan, kesabaran, keistiqomahan itu ternyatapun pernah porak poranda. Bebatuan hingga kerikil pernah menjatuhkan mereka, membuat lukanya semakin menganga. Pergejolakan batin itu ada. Benar adanya. Bangganya adalah dilaluinya dengan bijaksana tanpa menggores luka siapa saja. Hanya diam tak bersuara. Mereka, sudahkah lukanya mereda? Aku ingin tahu cerita akhirnya, tapi diajarkannya padaku menikmati prosesnya. Tua itu kepastian, dewasa itu pilihan, "katanya." Ketidakmungkinan jika pada akhirnya perjalanan penuh bebatuan ini tidak memaksamu menjadi dewasa. Iya, kamu dipaksa lalu terbiasa. Nantinya trauma itu akan terbentuk juga. Keterbiasaan itu ingin kamu lupakan selama-lamanya. Tapi, pejuang sejati akan menyimpannya. Di sebuah ruang di dalam hati yang iya padamkan lampunya. Sebab dipercayainya bahwa Allahlah yang mengarahkan langkah kakinya menapaki jalan yang pernah dikutukinya, pernah memberikan ketidaknyamanan dalam hidupnya, menjadikan langkahnya tidak seringan biasanya. Ada, nanti ada saja hikmahnya. Di jalan mana saja, di bagian yang tidak terduga. Aku hanya perlu percaya pada takdirNya, "katanya sekali lagi." Sebab ternyata rumus masalahnya telah ku pecahkan lebih dulu dari siapa saja.